Begitulah bunyi operator telfon yang otomatis berbicara ketika aku mencoba menghubungi sahabatku, Bonita. Duh, di saat - saat penting seperti ini dia malah tidak bisa dihubungi.
Aku melihat - lihat lagi di daftar kontak telefonku, siapa yang kira kira bisa di ajak pergi nanti malam untuk menonton acara final pemilihan Cosmo Men 2010. Karena sahabatku, Eric Novianto Setiawan menjadi salah satu kontestannya.
Aku ingin sahabat - sahabatku yang lain datang dan turut memberikan dia semangat. Tapi dari beberapa dari mereka yang sudah berhasil kuhubungi, menyatakan tidak bisa ikut karena berhalangan hadir. Aku masih berusaha menghubungi sahabatku yang lain dan membujuk mereka agar bisa hadir nanti malam di acara yang di selenggarakan di club Indochine, di FX.
Tak lama, pacarku menelfon. Ku angkat telfonnya.
"Hallo.." Sapanya dari ujung sana.
"Iya, hallo Ko.." Jawabku.
"Dari tadi Koko hubungin kok sibuk terus? Habis telfonan sama siapa sih?" Tanyanya dengan nada heran.
"Iya Ko, maaf.. Tadi aku lagi nelfonin teman - teman aku satu persatu, supaya mereka ikut nanti malam untuk dukung Eric." Jelasku.
"Nanti malam kamu mau datang memangnya?"
"Iyalah, enggak mungkin aku enggak datang. Koko juga janji kan mau nemenin aku nanti malam?"
"Iya, Koko temenin. Tapi Koko kerja dulu, balik sore. Nanti diusahain balik cepet deh." Ujarnya lagi.
"Ya udah enggak apa - apa. Aku tunggu ya. Makasih Koko.." Ucapku menutup percakapan di telfon.
Sesaat setelah aku menutup telfon darinya, tiba - tiba pintu kamarku terbuka. Dan mendadak dia muncul sambil menenteng beberapa plastik belanjaan yang berlogokan Alfamart.
"Loh...?" Aku terkejut. Bingung kenapa dia bisa tiba - tiba ada di depan kamarku.
"Kejutan buat kamu!" Jawabnya sambil cengengesan. Kemudian dia meletakkan tas plastik yang dibawanya di lantai dan langsung memelukku.
"Katanya Koko mau kerja, kok malah ke sini?"
"Telat sedikit enggak masalah, Koko mau nengokkin sebentar sekalian ngasih belanjaan." Jawabnya tersenyum.
Ternyata dia membelikan aku buah kesukaanku, beberapa makanan ringan dan minuman vitamin. Tanpa kuminta, dia langsung membereskan belanjaannya dan memasukkannya ke lemari makanan yang kuletakkan di sudut kamarku.
"Makan buah sama minum air putih yang banyak. Tuh liat, bibir kamu pada kering - kering!" Pesannya sambil menjewerku pelan.
Aku hanya membalas pesannya dengan senyum lebar dan kemudian kembali memeluknya.
"Makasih yah..." Ucapku seraya berbisik.
Dia tersenyum. Sesaat kemudian, dia izin untuk pergi berangkat ke kantor.
"Sampai ketemu jam 5 sore ya.." Ucapnya sesaat sebelum pergi sambil melambaikan tangan.
"Hati - hati dijalan." Balasku.
Sungguh, dia seorang pacar yang baik, hangat dan sosok yang penuh perhatian. Aku merasa beruntung memiliki pacar seperti dia.
Tak lama, pacarku menelfon. Ku angkat telfonnya.
"Hallo.." Sapanya dari ujung sana.
"Iya, hallo Ko.." Jawabku.
"Dari tadi Koko hubungin kok sibuk terus? Habis telfonan sama siapa sih?" Tanyanya dengan nada heran.
"Iya Ko, maaf.. Tadi aku lagi nelfonin teman - teman aku satu persatu, supaya mereka ikut nanti malam untuk dukung Eric." Jelasku.
"Nanti malam kamu mau datang memangnya?"
"Iyalah, enggak mungkin aku enggak datang. Koko juga janji kan mau nemenin aku nanti malam?"
"Iya, Koko temenin. Tapi Koko kerja dulu, balik sore. Nanti diusahain balik cepet deh." Ujarnya lagi.
"Ya udah enggak apa - apa. Aku tunggu ya. Makasih Koko.." Ucapku menutup percakapan di telfon.
Sesaat setelah aku menutup telfon darinya, tiba - tiba pintu kamarku terbuka. Dan mendadak dia muncul sambil menenteng beberapa plastik belanjaan yang berlogokan Alfamart.
"Loh...?" Aku terkejut. Bingung kenapa dia bisa tiba - tiba ada di depan kamarku.
"Kejutan buat kamu!" Jawabnya sambil cengengesan. Kemudian dia meletakkan tas plastik yang dibawanya di lantai dan langsung memelukku.
"Katanya Koko mau kerja, kok malah ke sini?"
"Telat sedikit enggak masalah, Koko mau nengokkin sebentar sekalian ngasih belanjaan." Jawabnya tersenyum.
Ternyata dia membelikan aku buah kesukaanku, beberapa makanan ringan dan minuman vitamin. Tanpa kuminta, dia langsung membereskan belanjaannya dan memasukkannya ke lemari makanan yang kuletakkan di sudut kamarku.
"Makan buah sama minum air putih yang banyak. Tuh liat, bibir kamu pada kering - kering!" Pesannya sambil menjewerku pelan.
Aku hanya membalas pesannya dengan senyum lebar dan kemudian kembali memeluknya.
"Makasih yah..." Ucapku seraya berbisik.
Dia tersenyum. Sesaat kemudian, dia izin untuk pergi berangkat ke kantor.
"Sampai ketemu jam 5 sore ya.." Ucapnya sesaat sebelum pergi sambil melambaikan tangan.
"Hati - hati dijalan." Balasku.
Sungguh, dia seorang pacar yang baik, hangat dan sosok yang penuh perhatian. Aku merasa beruntung memiliki pacar seperti dia.
*** *** ***
"Jadi gimana Bon, lo bisa ikut enggak nanti malam?" Tanyaku pada Bonita. 10 menit yang lalu dia baru bisa dihubungi. Dan langsung saja kutanyakan maksud aku menelfonnya.
"Yah, sorry Gi. Gue mau banget dateng, tapi gue lagi di grounded sama nyokap gue. Gue enggak boleh keluar satu bulan ini, gara - gara mobil gue nabrak bajaj kemarin.." Jawab Bonita.
Aku sedikit kecewa mendengar jawabannya. Aku ingin sekali dia bisa ikut nanti malam dan turut serta mendukung Eric. Tapi aku juga tidak bisa memaksakan kehendakku. Terlebih lagi, Bonita juga baru mengalami kecelakaan beberapa hari yang lalu. Mobil yang dikemudikannya menabrak Bajaj.
Kejadian itu membuat Bonita dimarahi habis - habisan oleh Ibunya. Sebagai hukumannya, dia tidak boleh membawa mobil dan pergi keluar, walaupun hanya sekedar berkumpul bersamaku dan sahabat - sahabatku yang lain selama satu bulan.
"Ya udah Bon, enggak apa - apa. Take care ya.." Ucapku menutup tefon.
Semua teman - temanku yang lain sudah aku hubungi, dan semuanya juga mengatakan "tidak bisa". Sejauh ini yang bisa ikut nanti malam hanya Erna dan Iwan. Ya sudah, apa boleh buat kalau memang teman - temanku tidak bisa ikut.
Erna saja sudah cukup untuk bisa membuat suasana seru dan ramai, karena kekonyolan dan kebawelannya sama seperti kebawelan 10 orang. Dan Iwan, teman mengobrol yang baik. Rasanya selama ada Erna dan Iwan, kami akan baik - baik saja.
Tak lama kemudian Erna menghubungiku via BBM, dan mengatakan kalau dia juga tidak bisa ikut nanti malam.
"Gii, aku enggak bisa ikut nanti malam. Maaf ya..." Tulisnya 5 menit yang lalu.
"Kenapa Na? :(" Balasku dengan menyelipkan emoticon sedih.
Dia membacanya, tapi tidak membalasnya. Nampaknya aku tahu alasannya. Aku ingat dia sedang mengalami masalah keluarga. Aku pun tidak bisa berbuat apa - apa melainkan menghargai keputusannya. Dia juga butuh waktu untuk sendiri dulu sementara ini. Dan aku juga tidak mau memaksakan kehendak pada sahabatku yang satu itu.
Selang beberapa saat setelah aku menerima pesan dari Erna, kali ini giliran Iwan yang mnghubungiku.
"Gi.." Tulisnya.
Rasa takut langsung menyelimutiku. Ya Tuhan, bagaimana kalau Iwan juga tidak bisa ikut nanti malam. Ketakutanku bertambah, membayangkan apabila tidaka da satupun sahabat - sahabatku yang bisa datang nanti malam mendukung Eric.
Ini acara besar baginya, mengikuti kompetisi ini merupakan impiannya. Dan kedatangan aku bersama teman teman kami yang lain tentu menjadi dukungan tersendiri dan sangat berarti untuk dia. Tapi apabila tidak ada satupun yang bisa hadir untuk mendukungnya malam ini, tentu saja dia akan kecewa. Karena itulah aku berusaha melakukan yang terbaik agar bisa ada yang datang nanti malam walau hanya beberapa orang saja.
Ku beranikan diri untuk membuka BBM dari Iwan dan membalasnya.
"Kenapa Wan?" Balasku.
"Kayaknya nanti malam gue enggak bisa ikut deh. Gue belum minta izin sama bokap gue soalnya.." Jawabnya lagi 5 menit kemudian.
Benar saja kekhawatiranku. Dia juga membatalkan untuk pergi. Kepalaku langsung pening membaca pesan dari Iwan. Bahkan perutku pun merasa mual. Aduh, bagaimana ini! Bahkan Iwan saja tidak bisa. Apa jadinya kalau aku sendiri yang datang malam nanti? Tidak, tidak! Aku tidak boleh menyerah! Aku harus membujuknya untuk bisa ikut bagaimanapun caranya!
"Minta izin dulu sana, jangan langsung bilang enggak bisa. Apa perlu gue telfonin bokap lo buat minta izin?" Balasku tegas.
"Emang siapa aja yang bisa dateng nanti malam?" Tanya Iwan.
"Enggak ada yang bisa Wan. Bahkan Erna juga enggak bisa. Mangkanya jangan sampai lo enggak bisa juga. Kasian Eric kalau sampai kita berdua enggak dateng.." Ujarku.
"Ya udah, gue tanya bokap dulu ya. Tapi enggak janji ya Gi.." Balasnya lagi.
Jawaban dia yang gantung membuatku khawatir. Aku tahu jawaban khas dia dengan menuliskan kata - kata itu. Kemungkinan dia tidak bisa ikut sebesar 90%. Ku tepuk - tepuk jidatku, mencoba mencari siasat agar bisa membujuknya.
"Iya udah, kabarin gue aja Wan. By the way, banyak cowok - cowok oke loh, yang dateng nanti malem. Siapa tahu aja, ada yang nyangkut sama lo. :D" Tulisku. Aku tahu dengan memancing begini, akan membuat dia sedikit tergerak hatinya.
"Huh? Serius lo?" Jawab Iwan.
Belum sempat aku mengetik untuk membalas BBM nya, tiba - tiba saja layarku langsung berubah ke tampilan panggilan masuk. Iwan ternyata menelfonku. BINGO! Dia mulai terpancing! Aku hanya harus meyakinkan dia sedikit lagi.
"Hallo, Gi.." Sapanya dari ujung sana.
"Iya, kenapa Wan?" Jawabku.
"Emang bener, yang datang nanti malam banyak yang oke - oke? Lo tahu darimana?" Tanya Iwan memastikan.
"Ya iyalah, ini kan acara yang diselenggarain majalah Cosmo. Pasti banyak model, pengamat fashion, sosialita dan cowok - cowok kece yang datang. Siapa tahu ada yang nyantol sama lo, kan lumayan!" Ujarku sedikit kompor. Jujur, aku sedikit menahan tawaku saat ini.
"Huh, emang paling bisa lo ya! Ya udah sekarang gue minta izin bokap gue dulu. Ketemuan disana aja langsung ya.." Tutupnya.
YESSS!!! Aku melompat kegirangan. Aku berhasil membujuk dia agar mau pergi. Aku tahu kalau Iwan sudah berkata demikian, dia pasti bisa ikut. Dari nada bicaranya tadi saja sudah meyakinkan. Lega rasanya, setidaknya ada satu orang sahabatku yang ikut mendukung Eric nanti malam.
"Gii, aku enggak bisa ikut nanti malam. Maaf ya..." Tulisnya 5 menit yang lalu.
"Kenapa Na? :(" Balasku dengan menyelipkan emoticon sedih.
Dia membacanya, tapi tidak membalasnya. Nampaknya aku tahu alasannya. Aku ingat dia sedang mengalami masalah keluarga. Aku pun tidak bisa berbuat apa - apa melainkan menghargai keputusannya. Dia juga butuh waktu untuk sendiri dulu sementara ini. Dan aku juga tidak mau memaksakan kehendak pada sahabatku yang satu itu.
Selang beberapa saat setelah aku menerima pesan dari Erna, kali ini giliran Iwan yang mnghubungiku.
"Gi.." Tulisnya.
Rasa takut langsung menyelimutiku. Ya Tuhan, bagaimana kalau Iwan juga tidak bisa ikut nanti malam. Ketakutanku bertambah, membayangkan apabila tidaka da satupun sahabat - sahabatku yang bisa datang nanti malam mendukung Eric.
Ini acara besar baginya, mengikuti kompetisi ini merupakan impiannya. Dan kedatangan aku bersama teman teman kami yang lain tentu menjadi dukungan tersendiri dan sangat berarti untuk dia. Tapi apabila tidak ada satupun yang bisa hadir untuk mendukungnya malam ini, tentu saja dia akan kecewa. Karena itulah aku berusaha melakukan yang terbaik agar bisa ada yang datang nanti malam walau hanya beberapa orang saja.
Ku beranikan diri untuk membuka BBM dari Iwan dan membalasnya.
"Kenapa Wan?" Balasku.
"Kayaknya nanti malam gue enggak bisa ikut deh. Gue belum minta izin sama bokap gue soalnya.." Jawabnya lagi 5 menit kemudian.
Benar saja kekhawatiranku. Dia juga membatalkan untuk pergi. Kepalaku langsung pening membaca pesan dari Iwan. Bahkan perutku pun merasa mual. Aduh, bagaimana ini! Bahkan Iwan saja tidak bisa. Apa jadinya kalau aku sendiri yang datang malam nanti? Tidak, tidak! Aku tidak boleh menyerah! Aku harus membujuknya untuk bisa ikut bagaimanapun caranya!
"Minta izin dulu sana, jangan langsung bilang enggak bisa. Apa perlu gue telfonin bokap lo buat minta izin?" Balasku tegas.
"Emang siapa aja yang bisa dateng nanti malam?" Tanya Iwan.
"Enggak ada yang bisa Wan. Bahkan Erna juga enggak bisa. Mangkanya jangan sampai lo enggak bisa juga. Kasian Eric kalau sampai kita berdua enggak dateng.." Ujarku.
"Ya udah, gue tanya bokap dulu ya. Tapi enggak janji ya Gi.." Balasnya lagi.
Jawaban dia yang gantung membuatku khawatir. Aku tahu jawaban khas dia dengan menuliskan kata - kata itu. Kemungkinan dia tidak bisa ikut sebesar 90%. Ku tepuk - tepuk jidatku, mencoba mencari siasat agar bisa membujuknya.
"Iya udah, kabarin gue aja Wan. By the way, banyak cowok - cowok oke loh, yang dateng nanti malem. Siapa tahu aja, ada yang nyangkut sama lo. :D" Tulisku. Aku tahu dengan memancing begini, akan membuat dia sedikit tergerak hatinya.
"Huh? Serius lo?" Jawab Iwan.
Belum sempat aku mengetik untuk membalas BBM nya, tiba - tiba saja layarku langsung berubah ke tampilan panggilan masuk. Iwan ternyata menelfonku. BINGO! Dia mulai terpancing! Aku hanya harus meyakinkan dia sedikit lagi.
"Hallo, Gi.." Sapanya dari ujung sana.
"Iya, kenapa Wan?" Jawabku.
"Emang bener, yang datang nanti malam banyak yang oke - oke? Lo tahu darimana?" Tanya Iwan memastikan.
"Ya iyalah, ini kan acara yang diselenggarain majalah Cosmo. Pasti banyak model, pengamat fashion, sosialita dan cowok - cowok kece yang datang. Siapa tahu ada yang nyantol sama lo, kan lumayan!" Ujarku sedikit kompor. Jujur, aku sedikit menahan tawaku saat ini.
"Huh, emang paling bisa lo ya! Ya udah sekarang gue minta izin bokap gue dulu. Ketemuan disana aja langsung ya.." Tutupnya.
YESSS!!! Aku melompat kegirangan. Aku berhasil membujuk dia agar mau pergi. Aku tahu kalau Iwan sudah berkata demikian, dia pasti bisa ikut. Dari nada bicaranya tadi saja sudah meyakinkan. Lega rasanya, setidaknya ada satu orang sahabatku yang ikut mendukung Eric nanti malam.
*** *** ***
0 komentar:
Posting Komentar